Demo Lumpuhkan Pariwisata Bangkok


BANGKOK - Aksi anggota Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) sepekan terakhir nyaris melumpuhkan pariwisata Thailand. Beberapa negara, misalnya Jepang, telah mengimbau warganya menunda rencana berwisata ke Thailand. Turis yang telanjur berada di Thailand pun terkena dampak aksi tersebut.

Sedikitnya 15 ribu turis dilaporkan terjebak di Phuket, pulau tujuan wisata andalan Thailand. Turis yang ingin meninggalkan Phuket maupun yang akan berkunjung ke tujuan wisata tersebut tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu. Sebab, sejak Jumat (29/8), Bandara Internasional Phuket yang berada di bagian utara pulau tujuan wisata tingkat dunia tersebut lumpuh.

Sejak itu, pemandangan baru terlihat di pulau di wilayah selatan Thailand tersebut. Mobil-mobil berderet di sepanjang jalan tol menuju bandara. Turis-turis asing tampak mondar-mandir di sekitar mobil-mobil tadi.

"Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kami tak tahu apa-apa tentang politik Thailand. Mereka hanya mengatakan kami harus stand by di sini. Tapi, mereka juga tidak bisa memastikan kapan penerbangan kembali beroperasi," kata seorang wisatawan asal Jerman.

Pendudukan Bandara Phuket oleh demonstran itu memang berdampak cukup besar. Maklum, Bandara Phuket merupakan bandara tersibuk kedua di Thailand. Nasib serupa dialami lapangan terbang di Krabi dan Bandara Internasional Hay Yai yang merupakan pusat perdagangan di wilayah selatan.

Hingga kemarin (31/8), Bandara Phuket dan Krabi belum beroperasi. Namun, staf Bandara Hay Yai bisa meyakinkan pengunjuk rasa untuk mengurungkan aksi mereka. Karena itu, bandara tersebut mulai kembali beroperasi pada Sabtu (30/8).

Tak hanya penerbangan, jalur kereta api sudah empat hari tidak beroperasi. Karuan saja, wisatawan yang mengandalkan transportasi darat itu harus bersabar juga.

Menanggapi itu, Menteri Transportasi Santi Promphat meminta Perusahaan Kereta Api Thailand (SRT) segera mengadakan pertemuan dengan perserikatan buruh. Sasarannya, membujuk mereka agar menghentikan aksi solidaritas mereka kepada pengunjuk rasa di kompleks perdana menteri di Bangkok. Santi juga sudah meminta SRT beserta jajaran eksekutifnya segera mencari jalan keluar dengan membuka dialog dengan para pemimpin serikat pekerja.

Suasana berbeda justru terlihat di Bangkok. Para pendemo yang berada di halaman kompleks kantor pemerintahan malah terlihat gembira. Canda tawa dan nyanyian mewarnai area yang mendadak berubah layaknya arena kemah akbar tersebut. Mereka seolah melupakan bentrok dengan polisi yang terjadi sehari sebelumnya. "Suasananya seperti karnaval," ujar Kit Amorn, 55, seperti dilansir Bangkok Post.

Meski PM Samak menyatakan tidak akan mundur, Amorn terkesan tidak percaya. "Cepat atau lambat, dia harus mundur," kata pemilik perusahaan kimia di Bangkok itu.

Meski sudah lima hari lebih beraksi, para pengunjuk rasa terlihat masih betah. Mereka memang sudah menyiapkan segala fasilitas. Bahkan, mereka mendapatkan sumbangan sekitar THB 1 juta (setara dengan Rp 269,7 juta) untuk membeli toilet portable.

Berita Internasional | - -