Deteksi Bencana, Luncurkan Satelit

BEIJING - Negara-negara yang rentan terhantam bencana mungkin bisa meniru apa yang dilakukan Tiongkok ini. Kemarin (6/9) negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia itu meluncurkan dua satelit untuk membantu memberikan peringatan dini akan terjadinya bencana alam.

Kedua satelit yang bekerja dengan cara memonitor gejala lingkungan tersebut diluncurkan di Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan, Provinsi Shanxi. Satelit semacam itu merupakan yang pertama dimiliki Tiongkok. Oleh perancangnya, ilmuwan Bai Zhaoguang, satelit tersebut diberi "persenjataan" lengkap. Di antaranya, imaging systems mutakhir. Selain itu, ada pula kamera infra merah yang mampu mencapai pengamatan secara global setiap dua hari sekali. Diharapkan, satelit tersebut bisa berumur cukup lama dalam menjalankan tugasnya di angkasa. Setidaknya lebih dari tiga tahun.

"Tugas yang diemban satelit ini sangat penting bagi Tiongkok menyusul terjadinya bencana alam hebat tahun ini. Yakni, badai dan gempa bumi," ujar Bai.

Keunggulan satelit itu, lanjut Bai, terletak pada kemampuannya untuk bekerja prima dalam segala cuaca. "Skala, kecepatan, dan kemampuan operasionalnya tak ada yang bisa menandingi," kata Bai berpromosi.

Dengan bantuan peringatan dini yang akan diberikan kedua satelit tersebut, terang Bai, pemerintah dan masyarakat bisa lebih siap untuk mengantisipasi. Selain bisa menekan jumlah korban jiwa, antisipasi dini sangat penting pula untuk meminimalkan tingkat kerusakan yang berimbas pada proses rekonstruksi. Keuntungan lain, pemerintah bisa menyiapkan regu penyelamat dengan lebih baik.

Beberapa waktu belakangan Tiongkok memang terus dihajar bencana alam dalam skala besar. Pada Mei lalu, misalnya, gempa bumi berkekuatan 8 skala Richter mengguncang Provinsi Sichuan dan menelan korban 87 ribu jiwa. Belum lagi kerusakan fisik yang dahsyat. Gempa yang sama terulang di Sichuan sekitar dua pekan lalu. Sebelumnya, saat musim dingin, negeri yang baru saja mengadakan Olimpiade 2008 itu juga mengalami badai salju terburuk selama 50 tahun terakhir.

Gempa kedua di Sichuan memang tidak sekuat yang terjadi Mei lalu. Meski demikian, tim SAR langsung bersiaga penuh mewaspadai jatuhnya lebih banyak korban dan kerusakan. Jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 38 orang.

Pasca terjadinya gempa tersebut, Perdana Menteri Wen Jiabao menaruh perhatian lebih pada sekolah. Untuk itu, dia pun mengadakan kunjungan ke beberapa sekolah. Dia berpesan kepada para pelajar agar turut membantu memperbaiki kerusakan hebat akibat gempa itu. Wen pun mengatakan bahwa pemerintah mengucurkan CHY 67 miliar (sekitar Rp 91 triliun) untuk rekonstruksi kerusakan gempa.

Berita Internasional | - -