Stop Operasi Militer selama Ramadan


ISLAMABAD - Bulan suci Ramadan, rupanya, tak hanya menghentikan aktivitas jual beli makanan secara terbuka saat siang. Militer Pakistan pun menyambut bulan suci itu dengan "berpuasa" operasi militer di sepanjang perbatasan Afghanistan.

Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik menyampaikan itu kemarin (31/8). Meski begitu, Malik menegaskan bahwa setiap aksi penyerangan akan mendapatkan balasan dari militer Pakistan.

Soal itu, pihak militer ternyata belum mendapatkan perintah tegas. ''Secara resmi, kami belum menerima perintah tersebut. Tapi, bila pemerintah meminta kami menghentikan operasi keamanan, kami siap melaksanakan perintah,'' ujar Mayor Murad Khan, juru bicara militer yang melakukan operasi di wilayah pemberontak Bajur. Sejauh ini, ratusan militan dilaporkan tewas dan puluhan ribu penduduk terpaksa mengungsi dari wilayah tersebut.

Operasi militer itu awalnya dilakukan atas tekanan AS yang khawatir bahwa gerakan pemberontak di wilayah perbatasan Pakistan terkait dengan kelompok Taliban dan Al Qaidah. Keputusan tersebut justru mengguncang pemerintah Pakistan yang baru berusia lima bulan, yang puncaknya menuntut Presiden Pervez Musharraf mengundurkan diri.

Senada dengan Pakistan, pemerintah Filipina memanfaatkan momen Ramadan untuk berdamai dengan MILF, kelompok separatis muslim di Mindanao. Ketua Senator Kelompok Minoritas, Aquilino Pimentel Jr, meminta pemerintah pusat dan militer melakukan komitmen bersama untuk mencapai perdamaian sambil terus menegakkan hukum dan menormalkan situasi.

''Tanpa prasangka buruk, kita bisa memanfaatkan momen Ramadan untuk mengembalikan hukum dan pemerintahan di Mindanao. Semoga bulan puasa ini dapat membantu mendinginkan kepala-kepala yang panas,'' ujar Pimentel, seperti dikutip kantor berita setempat.

Berita Internasional | - -